Jangan Lupa Hal Mendasar Dari Fotografi
Seperti di singgung sedikit di bagian pendahuluan di atas, fotografi IR sebaiknya dipraktekan sama dengan fotografi biasa. Artinya:
[1] Tetap perhatikan komposisi
[2] Tetap perhatikan metering, jangan sampai terlalu under atau over exposure
[3] Tetap perhatikan focus
[4] Tetap perhatikan unsur unsur fotografi lainnya seperti POI, pattern, garis, pola, sudut bidik, arah lighting, dll
[5] Tetap punya konsep. Foto yang mau kita buat untuk tujuan apa. Tentunya untuk motret model, beda approach nya dengan motret HI. Untuk motret model, kita bisa coba bermain main dengan exposure, bisa coba ubah ubah WB, ubah DOF, dll. Tapi kalau kita mau hunting HI, tentunya persiapan kamera dari awal adalah wajib, sudah set dulu ISO yang tepat, WB nya sudah dipilih yang tepat, dll sehingga kita bisa menangkap moment dengan maksimal. Kadang sering kita lupa, setelah motret, momentnya bagus, tapi ISO nya nggak tepat, lupa mengubah dari ISO1600 ke ISO 200 misalnya, fotonya jadi kurang maksimal.
[6] Pembagian bidang dalam foto IR. Saya suka sekali menggunakan IR untuk foto landscape yang ada langit dan danau. Kenapa? Karena secara komposisi dan visualisasi, akan terdapat pembagian ruang yang menarik di foto, tidak monoton. Kalau kita motret di hutan pakai IR, maka isi dari foto akan daun semua dengan warna yang seragam, jadi kurang menarik.
[7] dll�..silahkan tambah sendiri�
C Begin with the End
Selalu memulai dengan apa yang ingin kita capai, apa hasil akhir yang ingin kita capai. Baik itu waktu pemotretan maupun sebelum kita mulai mengolah foto.
Sebelum pemotretan, ada baiknya kita sudah membayangkan, nanti foto ini mau dijadikan seperti apa. Dari situ, kita akan membuat konsep yang lebih baik.
Sebelum mengolah foto, sama juga, kita sudah membayangkan, nanti hasil akhirnya mau seperti apa. Ada bagusnya hal ini nyambung juga sama konsep kita waktu sebelum pemotretan.
Yang saya sering lakukan adalah lebih sering melihat foto foto orang lain bahkan lukisan, untuk mendapatkan ide nanti hasil akhirnya maunya seperti apa.
Contoh saja, waktu memotret model di outdoor, sebelum mengatur posisi model, kita bisa membayangkan dulu nanti hasil akhirnya maunya seperti apa. Dari mana arah lighting, nanti di olahnya seperti apa. Bagaimana BGnya, kalau misalnya nanti modelnya mau di gabung dengan BG yang beda, tentunya akan lebih bagus kalau memotret model dengan BG bright agar mudah di copy dan di gabung dengan BG yang lain.
Waktu mengolah fotopun biasanya kita sudah punya bayangan, nanti tone colornya mau seperti apa. Sehingga waktu nanti mengolah foto, akan lebih mudah untuk mengarahkan olahan foto kita. Dalam mengolah beberapa foto infrared saya, untuk masalah tone warna, saya mencontoh warna dari lukisan, saya kebetulan punya beberapa buku lukisan luar negeri. Kebanyakan pelukis sangat pandai dalam bermain dengan warna.
D Bahan Mentah Foto Infrared
Untuk foto infrared, perlu diperhatikan hal hal berikut:
[1] Selalu motret dengan RAW. Kalau dengan RAW, kita masih bisa edit file RAW nya sampai matang sebelum kita pindahkan ke JPG dan diolah dengan PSCS3.
[2] Bagi saya tidak ada standard bagaimana file RAW yang benar, karena ini tergantung dengan selera yang bisa di salurkan melalui setting White Balance di kamera. Kita bisa preset WB ke dinding putih, atau ke langit biru atau ke daun hijau. Hasil pemotretan foto infrared dengan berbagai settingan WB akan menghasilkan hasil yang berbeda beda.
Karena saya suka bermain dengan warna, saya kurang menyukai RAW yang terlalu pekat ke arah coklat tua dan gelap, yang mungkin cocok buat yang suka bermain dengan Black and White
Saya lebih menyukai file RAW yang sedikit kemerahan, dan daunnya kearah ungu /cyan.
E. Tone IR � full infrared
Karena saya menggunakan full infrared, saya hanya membahas full infrared di sini.
Tone IR full infrared sangat tergantung pada:
- Preset white balance (WB)
- Sudut bidik
- Kondisi lighting
Dengan kamera Nikon D50, anda dengan mudah bisa preset WB sesuka anda, ke bidang putih, ke langit biru, ke daun hijau, ke bidang coklat, atau kemana saja yang anda bisa coba dan kemudian bisa di lihat efeknya. Karena saya menggemari olah tone IR yang berwarna cerah, saya lebih cocok dengan preset WB ke daun hijau. Contoh file file yang saya pakai di sini semuanya adalah hasil preset WB ke daun hijau
Sudut bidik juga mempengaruhi tone IR. Anda bisa coba dengan membelakangi matahari, menyamping dan sedikit frontal ke arah matahari kemudian bandingkan hasilnya. Saya lebih suka dengan menyamping dimana matahari jatuh dari samping karena selain menimbulkan dimensi dari foto, juga warna merah kecoklatan lebih keluar. Kalau membelakangi matahari, cendedrung lebih pekat dan mengharah ke coklat tua. Saya kurang tahu secara teknis, tapi sudah beberapa kali saya coba, ternyata memang ada bedanya.
Selain itu kondisi lighting juga sangat mempengaruhi. Matahari yang terlalu keras di siang tengah hari akan membuat kontras yang tinggi dan juga sinar infrared sangat full terserap sehingga cenderung pekat. Tapi sinar matahari sore akan lebih lembut, kontras tidak terlalu tinggi. Warna merah dan kuning juga lagi keluar
Bisa dilihat dari contoh contoh foto foto berikut ini. Tone IR seperti ini yang saya sukai, mudah untuk pengolahan lebih lanjut.
Jangan Lupa Hal Mendasar Dari Fotografi
Seperti di singgung sedikit di bagian pendahuluan di atas, fotografi IR sebaiknya dipraktekan sama dengan fotografi biasa. Artinya:
[1] Tetap perhatikan komposisi
[2] Tetap perhatikan metering, jangan sampai terlalu under atau over exposure
[3] Tetap perhatikan focus
[4] Tetap perhatikan unsur unsur fotografi lainnya seperti POI, pattern, garis, pola, sudut bidik, arah lighting, dll
[5] Tetap punya konsep. Foto yang mau kita buat untuk tujuan apa. Tentunya untuk motret model, beda approach nya dengan motret HI. Untuk motret model, kita bisa coba bermain main dengan exposure, bisa coba ubah ubah WB, ubah DOF, dll. Tapi kalau kita mau hunting HI, tentunya persiapan kamera dari awal adalah wajib, sudah set dulu ISO yang tepat, WB nya sudah dipilih yang tepat, dll sehingga kita bisa menangkap moment dengan maksimal. Kadang sering kita lupa, setelah motret, momentnya bagus, tapi ISO nya nggak tepat, lupa mengubah dari ISO1600 ke ISO 200 misalnya, fotonya jadi kurang maksimal.
[6] Pembagian bidang dalam foto IR. Saya suka sekali menggunakan IR untuk foto landscape yang ada langit dan danau. Kenapa? Karena secara komposisi dan visualisasi, akan terdapat pembagian ruang yang menarik di foto, tidak monoton. Kalau kita motret di hutan pakai IR, maka isi dari foto akan daun semua dengan warna yang seragam, jadi kurang menarik.
[7] dll�..silahkan tambah sendiri�
C Begin with the End
Selalu memulai dengan apa yang ingin kita capai, apa hasil akhir yang ingin kita capai. Baik itu waktu pemotretan maupun sebelum kita mulai mengolah foto.
Sebelum pemotretan, ada baiknya kita sudah membayangkan, nanti foto ini mau dijadikan seperti apa. Dari situ, kita akan membuat konsep yang lebih baik.
Sebelum mengolah foto, sama juga, kita sudah membayangkan, nanti hasil akhirnya mau seperti apa. Ada bagusnya hal ini nyambung juga sama konsep kita waktu sebelum pemotretan.
Yang saya sering lakukan adalah lebih sering melihat foto foto orang lain bahkan lukisan, untuk mendapatkan ide nanti hasil akhirnya maunya seperti apa.
Contoh saja, waktu memotret model di outdoor, sebelum mengatur posisi model, kita bisa membayangkan dulu nanti hasil akhirnya maunya seperti apa. Dari mana arah lighting, nanti di olahnya seperti apa. Bagaimana BGnya, kalau misalnya nanti modelnya mau di gabung dengan BG yang beda, tentunya akan lebih bagus kalau memotret model dengan BG bright agar mudah di copy dan di gabung dengan BG yang lain.
Waktu mengolah fotopun biasanya kita sudah punya bayangan, nanti tone colornya mau seperti apa. Sehingga waktu nanti mengolah foto, akan lebih mudah untuk mengarahkan olahan foto kita. Dalam mengolah beberapa foto infrared saya, untuk masalah tone warna, saya mencontoh warna dari lukisan, saya kebetulan punya beberapa buku lukisan luar negeri. Kebanyakan pelukis sangat pandai dalam bermain dengan warna.
D Bahan Mentah Foto Infrared
Untuk foto infrared, perlu diperhatikan hal hal berikut:
[1] Selalu motret dengan RAW. Kalau dengan RAW, kita masih bisa edit file RAW nya sampai matang sebelum kita pindahkan ke JPG dan diolah dengan PSCS3.
[2] Bagi saya tidak ada standard bagaimana file RAW yang benar, karena ini tergantung dengan selera yang bisa di salurkan melalui setting White Balance di kamera. Kita bisa preset WB ke dinding putih, atau ke langit biru atau ke daun hijau. Hasil pemotretan foto infrared dengan berbagai settingan WB akan menghasilkan hasil yang berbeda beda.
Karena saya suka bermain dengan warna, saya kurang menyukai RAW yang terlalu pekat ke arah coklat tua dan gelap, yang mungkin cocok buat yang suka bermain dengan Black and White
Saya lebih menyukai file RAW yang sedikit kemerahan, dan daunnya kearah ungu /cyan.
E. Tone IR � full infrared
Karena saya menggunakan full infrared, saya hanya membahas full infrared di sini.
Tone IR full infrared sangat tergantung pada:
- Preset white balance (WB)
- Sudut bidik
- Kondisi lighting
Dengan kamera Nikon D50, anda dengan mudah bisa preset WB sesuka anda, ke bidang putih, ke langit biru, ke daun hijau, ke bidang coklat, atau kemana saja yang anda bisa coba dan kemudian bisa di lihat efeknya. Karena saya menggemari olah tone IR yang berwarna cerah, saya lebih cocok dengan preset WB ke daun hijau. Contoh file file yang saya pakai di sini semuanya adalah hasil preset WB ke daun hijau
Sudut bidik juga mempengaruhi tone IR. Anda bisa coba dengan membelakangi matahari, menyamping dan sedikit frontal ke arah matahari kemudian bandingkan hasilnya. Saya lebih suka dengan menyamping dimana matahari jatuh dari samping karena selain menimbulkan dimensi dari foto, juga warna merah kecoklatan lebih keluar. Kalau membelakangi matahari, cendedrung lebih pekat dan mengharah ke coklat tua. Saya kurang tahu secara teknis, tapi sudah beberapa kali saya coba, ternyata memang ada bedanya.
Selain itu kondisi lighting juga sangat mempengaruhi. Matahari yang terlalu keras di siang tengah hari akan membuat kontras yang tinggi dan juga sinar infrared sangat full terserap sehingga cenderung pekat. Tapi sinar matahari sore akan lebih lembut, kontras tidak terlalu tinggi. Warna merah dan kuning juga lagi keluar
Bisa dilihat dari contoh contoh foto foto di atas. Tone IR seperti ini yang saya sukai, mudah untuk pengolahan lebih lanjut.
Rabu, Februari 18, 2009
About Infrared Photography
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar