Cewek itu beda dengan cowok. Bukan cuma soal fisik, tapi juga soal hati. Makanya, sebelum
bergerak, kita musti tau arti cinta bagi seorang cewek. Plus, musti tau juga apa yang dia mau dari sebuah cinta!
Cinta = bond.
Maksudnya jelas bukan tali! Tapi, menurut para cewek, cinta itu sebuah pertalian. Bisa pertalian setiap emosi yang muncul dalam hati. Bisa juga diartikan sebagai pertalian batin dengan orang yang dicintai!
“Coba aja perhatiin mulai dari pertama naksir, pedekate, jadian, hingga putus. Perasaan seneng, sedih, kangen, sakit, muak.... Semua jadi satu! Cinta bisa bikin aku nangis, terus ketawa, terus marah, terus senyum lagi hanya dalam jangka waktu selang lima menit doang lho! Kayak tali yang diikat bersambung gitu...,” gitu kata Devina, anak SMA 70 Jakarta, kelas 3 IPA 7.
“Iya. Ketika udah jatuh cinta, aku pasti akan rela melakukan segala hal untuk orang yang aku cintai. Dan, itu terjadi karena aku udah merasa terikat dengan dia,” sambung Pipit, anak SMA 82 Jakarta, kelas 3 IPA 2.
Cinta adalah sebuah cerita.
Yap. Lantaran banyak emosi yang “bermain” di saat benih-benih cinta bersemi, jelas lah akan banyak peristiwa yang terjadian. Kadang bikin happy, tapi kadang justru bikin snewen, atau bahkan desperate. Pokoknya, kalo diibaratin buku, pasti berseri deh!
“Abis gimana ya? Kejadian-kejadian yang kita alami dalam dunia percintaan tuh nggak pernah stop. Terus aja berjalan! Dari kecil, jadi besar. Dari susah, jadi seneng. Dari penuh dilema, jadi happy ending,” beber Kathya, dari SMA Labschool Rawamangun Jakarta, kelas 2 IPS 2.
“Betul! Malah, kalo menurut aku, cerita cinta tuh jauh lebih seru dibandingkan cerita apa pun. Soalnya, kadang cinta bisa bikin dunia terbalik!” samber Cinta, anak SMA 82 Jakarta, kelas 1 - 3.
Cinta is a “giving”.
Cinta itu bisa dirasakan oleh setiap orang. Tapi, kapan cinta akan datang, nggak ada seorang pun yang tau. Walau perjuangan udah dilakukan sampe titik darah penghabisan, kalo emang belum waktunya datang, cinta nggak bakal datang tuh.
Makanya, Cassey, anak SMA 6 Jakarta, kelas 3 IPS 1 bilang, “Cinta itu pemberian dari Tuhan. Bukan sebuah obsesi!”
Beda tipis dengan Cassey, Manda dari SMA Labschool Kebayoran Jakarta, kelas 2 IPA 2, malah menganggap kalo cinta merupakan keajaiban (bukan sekadar pemberian!) dari Tuhan. Karena:
“Cinta datang tiba-tiba, namun abadi. Bukan yang cuma mampir sesaat! Yang mampir sesaat buat aku belum sampe taraf cinta. Itu masih sebatas sayang aja,” kata Manda, serius.
Cinta merupakan sebuah keseriusan.
What??? Hari gini ngomong keseriusan?!
Jangan gitu, bro! Secara logika, cinta bagi orang seumuran kita emang nggak harus dilakoni secara serius. Maksudnya, nggak harus mikir sampe ke masa depan lah! Sebab, masa muda justru waktunya buat “berkenalan” dengan sebanyak-banyaknya lawan jenis, supaya begitu tiba waktunya harus mikir masa depan jadi nggak salah milih.
But, buat mayoritas cewek ternyata nggak begitu tuh! Meski serius yang mereka maksud nggak merujuk pada married, cewek-cewek tetap menganggap bahwa ketika cinta datang, pikiran dan perasaan harus fokus ke satu orang itu aja!
“Cinta itu bukan permainan, walau sering kali kita tergoda untuk memainkannya,” cetus Tasya, dari SMA Tarakanita Jakarta, kelas 3 IPS 2.
Bukan cuma Tasya yang berpendapat begitu. Michelle teman satu sekolah Tasya juga punya pendapat yang sama.
“Menurut aku, cinta adalah perasaan yang tulus keluar dari dalam hati. Nggak dibuat-dibuat! Itu sebabnya, nggak bisa pilih-pilih!” beber Michelle, serius.
Rabu, Februari 25, 2009
What A Girl Thinks, What A Girl Wants
Rabu, Februari 18, 2009
About Infrared Photography
Jangan Lupa Hal Mendasar Dari Fotografi
Seperti di singgung sedikit di bagian pendahuluan di atas, fotografi IR sebaiknya dipraktekan sama dengan fotografi biasa. Artinya:
[1] Tetap perhatikan komposisi
[2] Tetap perhatikan metering, jangan sampai terlalu under atau over exposure
[3] Tetap perhatikan focus
[4] Tetap perhatikan unsur unsur fotografi lainnya seperti POI, pattern, garis, pola, sudut bidik, arah lighting, dll
[5] Tetap punya konsep. Foto yang mau kita buat untuk tujuan apa. Tentunya untuk motret model, beda approach nya dengan motret HI. Untuk motret model, kita bisa coba bermain main dengan exposure, bisa coba ubah ubah WB, ubah DOF, dll. Tapi kalau kita mau hunting HI, tentunya persiapan kamera dari awal adalah wajib, sudah set dulu ISO yang tepat, WB nya sudah dipilih yang tepat, dll sehingga kita bisa menangkap moment dengan maksimal. Kadang sering kita lupa, setelah motret, momentnya bagus, tapi ISO nya nggak tepat, lupa mengubah dari ISO1600 ke ISO 200 misalnya, fotonya jadi kurang maksimal.
[6] Pembagian bidang dalam foto IR. Saya suka sekali menggunakan IR untuk foto landscape yang ada langit dan danau. Kenapa? Karena secara komposisi dan visualisasi, akan terdapat pembagian ruang yang menarik di foto, tidak monoton. Kalau kita motret di hutan pakai IR, maka isi dari foto akan daun semua dengan warna yang seragam, jadi kurang menarik.
[7] dll�..silahkan tambah sendiri�
C Begin with the End
Selalu memulai dengan apa yang ingin kita capai, apa hasil akhir yang ingin kita capai. Baik itu waktu pemotretan maupun sebelum kita mulai mengolah foto.
Sebelum pemotretan, ada baiknya kita sudah membayangkan, nanti foto ini mau dijadikan seperti apa. Dari situ, kita akan membuat konsep yang lebih baik.
Sebelum mengolah foto, sama juga, kita sudah membayangkan, nanti hasil akhirnya mau seperti apa. Ada bagusnya hal ini nyambung juga sama konsep kita waktu sebelum pemotretan.
Yang saya sering lakukan adalah lebih sering melihat foto foto orang lain bahkan lukisan, untuk mendapatkan ide nanti hasil akhirnya maunya seperti apa.
Contoh saja, waktu memotret model di outdoor, sebelum mengatur posisi model, kita bisa membayangkan dulu nanti hasil akhirnya maunya seperti apa. Dari mana arah lighting, nanti di olahnya seperti apa. Bagaimana BGnya, kalau misalnya nanti modelnya mau di gabung dengan BG yang beda, tentunya akan lebih bagus kalau memotret model dengan BG bright agar mudah di copy dan di gabung dengan BG yang lain.
Waktu mengolah fotopun biasanya kita sudah punya bayangan, nanti tone colornya mau seperti apa. Sehingga waktu nanti mengolah foto, akan lebih mudah untuk mengarahkan olahan foto kita. Dalam mengolah beberapa foto infrared saya, untuk masalah tone warna, saya mencontoh warna dari lukisan, saya kebetulan punya beberapa buku lukisan luar negeri. Kebanyakan pelukis sangat pandai dalam bermain dengan warna.
D Bahan Mentah Foto Infrared
Untuk foto infrared, perlu diperhatikan hal hal berikut:
[1] Selalu motret dengan RAW. Kalau dengan RAW, kita masih bisa edit file RAW nya sampai matang sebelum kita pindahkan ke JPG dan diolah dengan PSCS3.
[2] Bagi saya tidak ada standard bagaimana file RAW yang benar, karena ini tergantung dengan selera yang bisa di salurkan melalui setting White Balance di kamera. Kita bisa preset WB ke dinding putih, atau ke langit biru atau ke daun hijau. Hasil pemotretan foto infrared dengan berbagai settingan WB akan menghasilkan hasil yang berbeda beda.
Karena saya suka bermain dengan warna, saya kurang menyukai RAW yang terlalu pekat ke arah coklat tua dan gelap, yang mungkin cocok buat yang suka bermain dengan Black and White
Saya lebih menyukai file RAW yang sedikit kemerahan, dan daunnya kearah ungu /cyan.
E. Tone IR � full infrared
Karena saya menggunakan full infrared, saya hanya membahas full infrared di sini.
Tone IR full infrared sangat tergantung pada:
- Preset white balance (WB)
- Sudut bidik
- Kondisi lighting
Dengan kamera Nikon D50, anda dengan mudah bisa preset WB sesuka anda, ke bidang putih, ke langit biru, ke daun hijau, ke bidang coklat, atau kemana saja yang anda bisa coba dan kemudian bisa di lihat efeknya. Karena saya menggemari olah tone IR yang berwarna cerah, saya lebih cocok dengan preset WB ke daun hijau. Contoh file file yang saya pakai di sini semuanya adalah hasil preset WB ke daun hijau
Sudut bidik juga mempengaruhi tone IR. Anda bisa coba dengan membelakangi matahari, menyamping dan sedikit frontal ke arah matahari kemudian bandingkan hasilnya. Saya lebih suka dengan menyamping dimana matahari jatuh dari samping karena selain menimbulkan dimensi dari foto, juga warna merah kecoklatan lebih keluar. Kalau membelakangi matahari, cendedrung lebih pekat dan mengharah ke coklat tua. Saya kurang tahu secara teknis, tapi sudah beberapa kali saya coba, ternyata memang ada bedanya.
Selain itu kondisi lighting juga sangat mempengaruhi. Matahari yang terlalu keras di siang tengah hari akan membuat kontras yang tinggi dan juga sinar infrared sangat full terserap sehingga cenderung pekat. Tapi sinar matahari sore akan lebih lembut, kontras tidak terlalu tinggi. Warna merah dan kuning juga lagi keluar
Bisa dilihat dari contoh contoh foto foto berikut ini. Tone IR seperti ini yang saya sukai, mudah untuk pengolahan lebih lanjut.
Jangan Lupa Hal Mendasar Dari Fotografi
Seperti di singgung sedikit di bagian pendahuluan di atas, fotografi IR sebaiknya dipraktekan sama dengan fotografi biasa. Artinya:
[1] Tetap perhatikan komposisi
[2] Tetap perhatikan metering, jangan sampai terlalu under atau over exposure
[3] Tetap perhatikan focus
[4] Tetap perhatikan unsur unsur fotografi lainnya seperti POI, pattern, garis, pola, sudut bidik, arah lighting, dll
[5] Tetap punya konsep. Foto yang mau kita buat untuk tujuan apa. Tentunya untuk motret model, beda approach nya dengan motret HI. Untuk motret model, kita bisa coba bermain main dengan exposure, bisa coba ubah ubah WB, ubah DOF, dll. Tapi kalau kita mau hunting HI, tentunya persiapan kamera dari awal adalah wajib, sudah set dulu ISO yang tepat, WB nya sudah dipilih yang tepat, dll sehingga kita bisa menangkap moment dengan maksimal. Kadang sering kita lupa, setelah motret, momentnya bagus, tapi ISO nya nggak tepat, lupa mengubah dari ISO1600 ke ISO 200 misalnya, fotonya jadi kurang maksimal.
[6] Pembagian bidang dalam foto IR. Saya suka sekali menggunakan IR untuk foto landscape yang ada langit dan danau. Kenapa? Karena secara komposisi dan visualisasi, akan terdapat pembagian ruang yang menarik di foto, tidak monoton. Kalau kita motret di hutan pakai IR, maka isi dari foto akan daun semua dengan warna yang seragam, jadi kurang menarik.
[7] dll�..silahkan tambah sendiri�
C Begin with the End
Selalu memulai dengan apa yang ingin kita capai, apa hasil akhir yang ingin kita capai. Baik itu waktu pemotretan maupun sebelum kita mulai mengolah foto.
Sebelum pemotretan, ada baiknya kita sudah membayangkan, nanti foto ini mau dijadikan seperti apa. Dari situ, kita akan membuat konsep yang lebih baik.
Sebelum mengolah foto, sama juga, kita sudah membayangkan, nanti hasil akhirnya mau seperti apa. Ada bagusnya hal ini nyambung juga sama konsep kita waktu sebelum pemotretan.
Yang saya sering lakukan adalah lebih sering melihat foto foto orang lain bahkan lukisan, untuk mendapatkan ide nanti hasil akhirnya maunya seperti apa.
Contoh saja, waktu memotret model di outdoor, sebelum mengatur posisi model, kita bisa membayangkan dulu nanti hasil akhirnya maunya seperti apa. Dari mana arah lighting, nanti di olahnya seperti apa. Bagaimana BGnya, kalau misalnya nanti modelnya mau di gabung dengan BG yang beda, tentunya akan lebih bagus kalau memotret model dengan BG bright agar mudah di copy dan di gabung dengan BG yang lain.
Waktu mengolah fotopun biasanya kita sudah punya bayangan, nanti tone colornya mau seperti apa. Sehingga waktu nanti mengolah foto, akan lebih mudah untuk mengarahkan olahan foto kita. Dalam mengolah beberapa foto infrared saya, untuk masalah tone warna, saya mencontoh warna dari lukisan, saya kebetulan punya beberapa buku lukisan luar negeri. Kebanyakan pelukis sangat pandai dalam bermain dengan warna.
D Bahan Mentah Foto Infrared
Untuk foto infrared, perlu diperhatikan hal hal berikut:
[1] Selalu motret dengan RAW. Kalau dengan RAW, kita masih bisa edit file RAW nya sampai matang sebelum kita pindahkan ke JPG dan diolah dengan PSCS3.
[2] Bagi saya tidak ada standard bagaimana file RAW yang benar, karena ini tergantung dengan selera yang bisa di salurkan melalui setting White Balance di kamera. Kita bisa preset WB ke dinding putih, atau ke langit biru atau ke daun hijau. Hasil pemotretan foto infrared dengan berbagai settingan WB akan menghasilkan hasil yang berbeda beda.
Karena saya suka bermain dengan warna, saya kurang menyukai RAW yang terlalu pekat ke arah coklat tua dan gelap, yang mungkin cocok buat yang suka bermain dengan Black and White
Saya lebih menyukai file RAW yang sedikit kemerahan, dan daunnya kearah ungu /cyan.
E. Tone IR � full infrared
Karena saya menggunakan full infrared, saya hanya membahas full infrared di sini.
Tone IR full infrared sangat tergantung pada:
- Preset white balance (WB)
- Sudut bidik
- Kondisi lighting
Dengan kamera Nikon D50, anda dengan mudah bisa preset WB sesuka anda, ke bidang putih, ke langit biru, ke daun hijau, ke bidang coklat, atau kemana saja yang anda bisa coba dan kemudian bisa di lihat efeknya. Karena saya menggemari olah tone IR yang berwarna cerah, saya lebih cocok dengan preset WB ke daun hijau. Contoh file file yang saya pakai di sini semuanya adalah hasil preset WB ke daun hijau
Sudut bidik juga mempengaruhi tone IR. Anda bisa coba dengan membelakangi matahari, menyamping dan sedikit frontal ke arah matahari kemudian bandingkan hasilnya. Saya lebih suka dengan menyamping dimana matahari jatuh dari samping karena selain menimbulkan dimensi dari foto, juga warna merah kecoklatan lebih keluar. Kalau membelakangi matahari, cendedrung lebih pekat dan mengharah ke coklat tua. Saya kurang tahu secara teknis, tapi sudah beberapa kali saya coba, ternyata memang ada bedanya.
Selain itu kondisi lighting juga sangat mempengaruhi. Matahari yang terlalu keras di siang tengah hari akan membuat kontras yang tinggi dan juga sinar infrared sangat full terserap sehingga cenderung pekat. Tapi sinar matahari sore akan lebih lembut, kontras tidak terlalu tinggi. Warna merah dan kuning juga lagi keluar
Bisa dilihat dari contoh contoh foto foto di atas. Tone IR seperti ini yang saya sukai, mudah untuk pengolahan lebih lanjut.
Selasa, Februari 17, 2009
Rabu, Februari 11, 2009
Behind The Lens
For the love of lights
mankind chase and try to capture it.
For the joy that light brings,
people play with it.
And for the sake of the joy
immortalize the moment
in a single piece of paper :
a photograph.
Fotografi yang saya kenal adalah melukis dengan cahaya.
Di benak saya sinonim terdekat dari melukis adalah menggambar.
Konon menggambar adalah pekerjaan kanak-kanak.
Manusia sebelum mengenal baca-tulis akan menggambar terlebih dahulu.
Maka demikianlah proses yang saya pahami dalam fotografi,...
menjadi kanak-kanak.
Mengerjakannya dengan penuh semangat dan suka cita.
Tertawa-tawa dan basah berkeringat seperti kanak-kanak.
Sederhana dan penuh keceriaan.
Demikianlah saya memahami fotografi.
Dimas Yudo Pratomo